Jumat, 19 Agustus 2011

Hanya Seorang Pembantu



Musim panas kembali menyapa, daun-daun begitu kering dan pepohonan di pinggir jalan penuh dengan debu. Hari Jumat adalah hari pameran mobil di Gami’, lebih dikenal dengan sebutan “suq sayyarah”. Kawasan Gami’–Bawwabah yang penuh dengan mobil menjadikan jalan macet dan adu mulut antara satu orang dengan orang lain. Keadaan seperti ini adalah hal yang sudah biasa terjadi. Seorang wanita berpakain kemeja ungu, berkerudung putih dan rok putih. Wanita itu merasa lelah membawa tas punggung yang muatannya lumayan banyak ditambah menenteng termos yang didalamnya berisi barang yang ia jual keliling Imarah atau ke setiap ada acara perkumpulan mahasiswa. Wajahnya pucat dan pandangan matanya tidak terarah. Criiiiiiiiiiiiiiit…………(suara reman mobil mendadak).

Astaghfirullahal a’dhim.” sembari mengelus-elus dada.
            “Hey! Maaf  ya mbak. Jangan akting di sini yah! Biar dapet belas kasihan dari orang-orang Indonesia yang berduit tebal”. Wanita itu masih memandang dengan wajah yang sayu dihiasi senyuman yang manis.
            Afwan akhi”.
            Akhiakhi…emang gua saudara loe. Kagak kale”.
Wanita itu langsung meletakkan tas ransel, termosnya dan dia menengok ke dalam mobil. Seketika itu wajahnya berubah menjadi merah.
            “Maaf tuan, tuan tahu sopan santun nggak? Bukan hanya dengan uang anda dapat melakukan segala-galanya. Lihat mobil ini”.
Wanita itu mengambil tongkat dan memukul mobil itu.
            “ Jangan pukul mobilku! Jalan pak! Semakin gila ja gue lama-lama di sini”. Lelaki tersebut langsung meninggalkan wanita itu sendiri. Sementara ada seorang teman wanita itu melihat kejadian tersebut.
            “ Us, kamu nggak apa-apa yah?”
            “ Nggak kok La”.
Mala tahu betul akan lelaki yang hampir menabrak Uswah dan dia menceritakan asal-usul lelaki itu. Bahwa lelaki itu bernama Reihan. Reihan masa kecilnya diasuh neneknya di Jakarta dan melanjutkan sekolah di Melbourne. Dia mengambil jurusan arsitektur. Orang tuannya bekerja di KBRI. Reihan sering berlibur ke Mesir. Memang sifatnya agak sombong dan angkuh karena dia jarang berinteraksi dengan rakyat jelata. Yang dia tahu semua serba ada dan dengan mudah dia dapatkan dengan uang. Reihan juga memiliki usaha yang cukup pesat dan dia termasuk orang yang terkenal di Indonesia.
“Ah, bagiku semua orang sama saja yang dibedakan cuma akhlak, iman dan takwanya”.
Mala sempat heran atas sifat Uswah. Uswah memang seorang yang pemberani, tak mudah putus asa, ceria disetiap ada masalah dan gayanya agak cold.
            #                                            #                                                 #


            “ Us, ada lowongan di KBRI. Yah Bantu-bantu ibu di KBRI. Lumayanlah gajinya. Lagi pula anti nggak perlu keliling-keliling. Anti cukup tinggal di sana saja bersama ibu KBRI. Soal pelajaran di kuliah, nggak bakal ketinggalan kok. Nanti waktu dekat musim ujian, juga bisa berhenti”. Mata Uswah langsung berbinar mendengar penuturan Azura. Akhirnya Uswah mencoba tawaran tersebut. Uswah menjadi wanita yang tahan banting, dia kuliah sambil bekerja karena ibunya meninggal dan ayahnya lumpuh begitu juga adiknya yang membutuhkan biaya sekolah dan hidup. Uang hasil dari beasiswa Baituz Zakat juga belum mencukupi untuk ditransfer ke Indonesia. Menjadikan dirinya sebagai tulang punggung keluarga.

            Uswah memulai kerjanya dari memasak dan bersih-bersih rumah. Ibu KBRI sedang mengidap penyakit lemah jantung, jadi ibu tersebut butuh teman. Sedangkan suaminya selalu sibuk dengan urusan antar negara. Ibu itu bernama Roshita. Ibu Roshita menceritakan dengan berbagai hal keadaan rumahnya. Ibu Roshita mempunyai empat anak. Yang dua sudah berkeluarga, yang satu masih kelas 4 di pondok pesantren modern dan yang satu lagi kuliah. Tetapi anak yang satu ini susah diatur. Uswah teringat cerita Mala tentang Reihan. Ibu Roshita terlihat masih muda walaupun anak-anaknya sudah dewasa. Memang wajah excellent berbeda dengan wajah orang biasa. Ibu Roshita masih belum mengenakan jilbab, beliau mengenakannya jikalau ada acara saja. Uswah secara perlahan-lahan mengajak ibu Roshita untuk mengenakan jilbab. Uswah memang anak yang ceria dan tidak mudah tersinggung sehingga ibu Roshita semakin akrab dengannya.

            Ditengah canda tawa Uswah dengan ibu Roshita tiba-tiba ada bel berbunyi. Uswah membukakan pintu, seketika itu dua insan langsung terkejut.
            “ Ngapain loe di sini? Rumah gue bakal kotor kalau loe masih tetap di sini”.
“ Rei…jaga ucapanmu nak! Minta maaf ma Uswah sayang! Masak baru pulang langsung marah-marah? Kalian sudah saling kenal yah?”.
Reihan langsung masuk ke dalam kamar dengan wajah yang sangar. Uswah hanya bisa diam membisu. Reihan tidak meminta maaf melainkan ibunya yang meminta maaf kepada Uswah. Tiba-tiba ibu Roshita sesak nafas dan mengambil obatnya di kotak obat ternyata obat yang di dalamnya habis. Ibu menyuruh Reihan untuk mengantarkan Uswah membelikan obat. Sambil melangkah gontai Reihan mengambil kunci. Sasaran yang mengantarkan Uswah adalah Reihan, sebab Pak Farhan sebagai sopir pulang ke Indonesia. Jadi terpaksa Reihan yang mengantarkan Uswah.

            Uswah membeli obat di apotik sedangkan Reihan menungu di depan mobil. Terlihat di saku belakang dompet Reihan. Empat orang hitam sedang berkonsentrasi untuk mendapatkan dompet itu. Seorang hitam sedang berjalan ke arahnya dan yang satu lagi mencoba merogoh saku di belakangnya dan yang lainnya memegang tangan Reihan. Setelah Uswah membeli obat, terlihat kejadian itu dia langsung berlari ke arah itu. Uswah langsung mengeluarkan ilmu beladirinya sehingga salah seorang orang hitam mengeluarkan pisau dan Uswah terkena goresan pisau. Tetapi Uswah tetap bertahan dia masih menghajar orang hitam itu kemudian datang segerombolan orang mesir yang membantu memukul orang hitam dan orang hitam ditangkap mabahis. Darah Uswah terus mengalir, Reihan masih diam membisu.
            “ Ngapain sih loe nolongin gue? Jadi loe lagi yang  sakit. Sini kita ke apotik. Berdiri kek!”, bentak Reihan khawatir.
Uswah berjalan dengan lesu bajunya berlumuran darah seketika itu ia pingsan.
“Lama banget sih ni anak jalannya. “ Us…Us…cepetan kek! Reihan semakin penasaran kemudian dia menghadap ke belakang.
“ Uswah……”. teriak Reihan.
Reihan langsung membopong Uswah ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Reihan menunggu di ruang tunggu, tumben dia segelisah ini karena dia belum pernah segelisah ini. Dia masih terbayang-bayang pertama kalinya  dia bertemu dengan Uswah. Baru kali ini dia menemui wanita yang banting tulang untuk keluarganya sedangkan dirinya sebagai lelaki tak sekuat Uswah. Dua jam kemudian Uswah terbangun dan membangunkan Reihan yang tertidur di kursi. Reihan langsung bangun dan mengajak Uswah pulang. Mereka pulang dengan kesunyian yang hampa. Sedangkan ibu Roshita menunggu dengan cemas.
            “ Kok lama banget nak? Lah kok? Ada apa dengan Uswah?
            “ Ntar ma, Rei ceritain. Nih Uswah biar tidur dulu”.
Reihan membopong Uswah ke tempat tidur. Uswah masih terlihat lemas. Reihan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan Uswah. Kemudian Reihan berlalu ke tempat tidurnya.
If ourloves was a fairy tale…
I would charge in and rescue you…
 on a yacht baby we would sail…
to a land  where we’d say I do…

Terdengar lagu Shyne Ward yang berjudul breathless. Reihan masih terbayang-bayang kejadian tadi. Dia belum pernah mengalami hal yang seperti itu. Dia mengakui kesalahan dia sendiri tapi dia gengsi mengucapkan maaf dan berterima kasih dengan Uswah karena sifatnya yang memang angkuh.
            #                                    #                                                       #

            Setiap bulan Uswah mendapat lima ratus dollar. Selain mengurus rumah Ibu Roshita, Uswah juga sebagai sopir. Pagi-pagi Uswah mengantar suami Ibu Roshita dan langsung menuju kuliah dengan mobil yang dikendarainya. Setelah pulang kuliah  dia langsung menjemput suami Ibu Roshita. Tak pula juga dia luangkan waktu untuk pergi ke masjid Al-Azhar untuk tallaqi, tahfidz dan tahsin. Dan ibu Roshita pun mengizinkan. Ujian termin dua sebulan lagi akan diadakan. Uswah berhenti dari pekerjaannya dan konsentrasi  untuk menghadapi ujian. Sedangkan Reihan akan pulang ke Jakarta untuk bertemu dengan  rekan kerjanya dan dia akan sering menengok ibunya di Kairo. Ibu Roshita merasa kesepian disaat Uswah akan cuti selama dua bulan.
            Uswah meminta izin kepada ibu Roshita, suami Ibu Roshita dan Reihan. Ibu Roshita menyuruh semuanya untuk bergaya dengan menggunakan trypot, semuanya tersenyum. Uswah diantar di depan pintu dengan keluarga Sanjaya.
            “ Uswah pamit dulu yah pak, buk dan Tuan Reihan. Doakan saya supaya lancar dalam imtihan”.
            Bittaufiq wannajah”.
            Amin ya Robb”. Uswah berjalan sambil melambaikan tangan, memang Uswah dan keluarga Sanjaya sudah akrab seperti keluarga sendiri.
            #                                                 #                                               #

            Pagi-pagi Uswah langsung pergi ke kuliah untuk mendengarkan dukturoh secara saksama dan bagaimana cara menjawabnya. Dia gunakan dua bulan penuh ini konsentrasi untuk belajar. Ujian di Al-Azhar memang mematikan. Orang yang yakin akan jawabannya ternyata dia bawa pelajaran itu. Orang yang selalu tawakal dan yakin kepada Allah insyaallah hasilnya tidak meleset.
            Ujian termin dua sudah terlewati dan Uswah kembali ke rumah Ibu Roshita. Ibu Roshita menyambut dengan senang.  Ibu Roshita dan Bapak Sanjaya memang libur juga selama seminggu. Mereka mepunyai rencana akan pergi ke Luxor setelah menunggu kedatangan Reihan dari Indonesia.
            Ibu Roshita menyuruh Uswah utnuk menjemput Reihan di bandara Kairo. Reihan sedang menunggu jemputan dari mamanya. Tiba-tiba ada avanza warna silver berhenti tepat di hadapan Reihan dan membuka jendela mobil dan turun seorang perempuan, Reihan masih diam dan penasaran apa benar mobil ini mobilnya apa mobil orang lain?.
“Ah, mungkin dia jemput orang lain, dengan mobil yang sama seperti punya mamaku”. Batin Reihan.
Wanita itu mengenakan topi dan wajahnya masih tertunduk berjalan ke arah Reihan. Wanita itu membuka topinya.
“selamat datang tuan”. Reihan terkejut dan langsung berteriak.
“Uswah??? Ah loe rupanya, gua kira siapa”. Tawa canda masih saja menghiasi mereka.
“Ternyata loe tomboy abis ya, pakai topi segala. Ini topi aku beli di pinggir jalan.
“Hahahaa….keren kan?
Ayo ke mobil itu ibu dah kangen banget sama tuan”. Uswah membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Reihan masuk. Reihan masih bersikap dingin.
            Tiga puluh menit kita disini untuk bicara…
            Dan aku masih menunggu lama kata darimu…
            Jam dinding pun tertawa…karena kau hanya diam dan membisu…
            “Matiin kek! Muak tahu lagu itu”. Uswah langsung mematikan lagi itu dan memutar lagu yang lain.
            Terdiam hanya bisa diam dingin menyerang diseluruh tubuhku….
            “ Matiin donk! Please!
            “ Maaf tuan, ana kira antum suka musik hehehe”. Reihan masih diam memalingkan wajahnya ke jendela. Ibu Roshita dan bapak Sanjaya sedang menunggu kedatangan anaknya.
            Keesokan harinya keluarga Sanjaya berlibur ke Luxor. Reihan berenang di pantainya dan tiba-tiba Reihan kehilangan keseimbangan dan berteriak. Uswah yang melihat kejadian itu langsung berenang menuju ke arahnya dan membawanya ke permukaan. Uswah masih teringat temannya yang tenggelam di laut Shar Moseh dan tidak dapat tertolong lagi. Uswah tidak mau melihat kejadian itu terulang kembali. Dia langsung mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan ke arah Reihan sambil menekan-nekan dadanya supaya cepat sadar. Uswah melakukannya berulang-ulang. Ibu Roshita masih menangis, Bapak Sanjaya memeluk Ibu Roshita sambil berdoa. Tiba-tiba Reihan batuk-batuk sambil mengeluarkan air.
“Nak, kamu nggak apa-apa kan nak?, tanda cemas seorang ibu. Reihan masih merasa pusing dan Uswah segera pergi mengambil baju milik Reihan.
                                                                                                                                                     
            #                                                         #                                           #
           
            “Gua tunggu di patung spink malam ini jam 20.00”. Sebuah sms masuk ke hp Uswah. Uswah bingung baru pertama kalinya Uswah di sms oleh Reihan. Reihan telah menunggu lama. Dia memakai kemeja putih kotak-kotak dan bercelana hitam berdiri di bawah sinarnya lampu yang terang. Uswah menuju ke arahnya apa benar ini Reihan gumamnya. Reihan langsung membalikkan badan. Ceees…Uswah langsung terkejut karena kini di depannya berdiri seorang yang hampir mirip artis Korea Gen Jun Se. Mata Uswah terpana melihat wajahnya yang dihiasi dengan senyuman yang  manis tumben Uswah disambut dengan senyumnya. Subhanallah… Uswah langsung memalingkan mukanya ke arah bintang-bintang.

            “ Tumben tuan memanggil saya ke sini. Ada apa ya? Apa ada hadiah untuk saya? Hehehhe just kidding tuan”.
“ Ehm, gua mau ditunangin nih ama temen bonyok gua yang ada di Australia  dua hari lagi mereka ke sini. Menurut loe gimana?
Uswah terdiam, hati Uswah berdetak dengan kencang. Entah angin apa yang membuat hati Uswah seakan-akan teriris.
“ehhm, menurut ana mah, terserah tuan aja. Kan bagus tuh pilihan orangtua tuan. Pasti orangnya cuaantik banget, puinter banget wah yang pastinya elegant lah”. Uswah berusaha membuat Reihan terhibur.
            “ Loe gak tahu sih…”
            “ Yah, gimana saya nggak tahu, kan nggak di kasih tempe? Hehehehehe”. Reihan menghembuskan nafas, sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa dia kagum pada Uswah. Aku tak tahu apa yang kurasakan dalam hatiku saat pertama kali lihat dirimu melihatmu… dering hp Uswah ternyata telpon dari ibu Roshita. Uswah meminta izin kepada Reihan untuk meninggalkannya.
            “ Jangan bilang ma mama yah, lok saat ini baru nemuin gue”. Uswah hanya mengangguk dan berlari meninggalkan Reihan.
            Seandainya loe tahu Uswah, ternyata saat ini gua kagum pada sifat loe. Semenjak di Indonesia gua masih inget kata-kata loe. Gua berubah sedikit-demi sedikit gaya hidup gua. Tanpa loe sadari, loe telah ngajarin gua sehingga bisnis gua lancar pesat dan gua bisa membantu fakir miskn di Indonesia. Gua juga belajar mengaji menjadi imam masjid. Dan pernah gua khutbah jumat. Sebenarnya gua sudah berubah Us… gua pingin melamar loe. Gua nggak ingin di tunangin dengan pilihan bonyok gua. Apa yang seharusnya gua perbuat?...tolongin hamba ya Allah. Hanya kepada Engkaulah hamba meminta dan memohon.
            Ada apa ya dengan tuan Reihan? Kok tumben lagaknya berbeda gak seperti biasanya. Ehm, akunya aja kali yang kepedean. Mana mungkin dia melamar aku, toh juga dia mau ditunangin, gayanya aja gak mau padahal yah mau. Ah, memang cowok tapi kenapa yah, tadi hatiku seakan teriris saat dia mau ditunangin? Kan semestinya aku senang kalau tuan Reihan mau ditunangin. Ah…sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Untung Ibu Roshita memanggilku menjadikan suasana terpecah.

            #                                       #                                                           #
           
           
            Hari ini adalah kedatangan keluarga Assegaf dari Australia. Uswah sibuk membereskan rumah sambil memanaskan mobil karena dengan mobil itu keluarga Sanjaya menjemput mereka. Uswah menyopir, ibu Roshita duduk disamping Uswah dan Reihan berada di job belakang  bersama papanya. Reihan memperhatikan gaya setiran Uswah, pandangan mata mereka bertemu di kaca sepion dalam mobil, Uswah semakin grogi. Ibu Roshita menunjuk keluarga Assegaf kepada suaminya dan mempercepat langkah kaki mereka. Sementara Uswah memarkirkan mobil di tempat parkir. Reihan memandang Uswah dengan rasa cemas sedangkan Uswah membalas dengan senyuman. Keluarga Sanjaya dan Keluarga Assegaf saling berbincang-bincang.
“ Ini loh Rei, yang mama ceritain itu. Namanya Karna”. Reihan hanya tersenyum dan Karna membalas senyumannya.
            “ Kayaknya putra putri kita ini cocok yah? Ayo lah, kapan nih kita atur acaranya?”
“ Sebaiknya langsung saja pak, bisa juga nanti malam. Bapak Assegaf bisa memilih tinggal di rumah saya atau saya sewakan hotel?
            “ Wah, alangkah baiknya kita menginap di rumah bapak saja. Iya kan Ma?
            “ Oh. Iya?
Uswah datang dengan mobil avanzanya. Dia segera menelpon Ibu Roshita. Ibu Roshita langsung menyuruh kelurga Assegaf untuk beristirahat di rumahnya.
“ Mari ke rumah, kayaknya capek banget di perjalanan. Kita sudah menyiapkan masakan khas Indonesia loh?
Uswah membukakan pintu mobil ke keluarga Assegaf. Seketika itu Uswah terkejut setengah mati dengan seorang wanita cantik berkacamata hitam, hidung mancung. Memakai kaos merah jambu, celana putih berkerudung putih dengan memakai sepatu haigh hill.
“ Wah, memang pilihan orangtua Reihan tidak salah lagi”. Gumamnya. Uswah mengantar keluarga Assegaf ke rumah sedangakan Ibu Roshita, bapak Sanjaya dan Reihan naik taxi.
            #                                                                 #                                      #

            Keluarga Sanjaya mengundang rekan-rekan kerjanya untuk merayakan pertunangan Reihan dan Karna. Acaranya begitu meriah, Uswah mempersilahkan para tamu. Reihan hanya tersenyum saat papa dan mamanya gembira.
“ Acara pertunangan sudah selesai, kita menungggu dari kalian berdua kapan untuk akad pernikahan”.
            “ Kalau Karna si om, terserah Reihan saja”.
            Reihan berlalu ke pekarangan rumah dan memilih untuk lebih sendiri. Karna mendatanginya. Karna bingung akan sikap Reihan yang terlalu jutek seolah-olah Reihan tidak memperdulikannya.
            “ Ehm, assalamualikum Reihan. Bolehkah saya duduk disampingmu?
            “ silahkan”. Reihan masih datar.
            “ Jujur ya Rei, kamu bahagia apa tidak tunangan denganku? Sebab dari waktu kita bertemu, kamu nggak pernah mengucapkan satu kata pun untukku. Aku bingung akan sikapmu kepadaku. Apa ada seseorang yang telah berhasil merasukimu? Sehingga aku tak berarti apa-apa di hadapanmu? Sebelum melanjut ke yang lebih jauh, mohon jawab pertanyaanku ini. Walaupun orang tua kita saling bersahabat dekat, tapi kalau kamu tidak menyukaiku sama saja bohong karena yang menjalani hidup adalah diri kita dan bukan mereka”.
            “ Ehm, entah aku sekarang dalam masa yang sulit. Mama lagi sakit sedangkan mama senang banget jika aku bertunangan denganmu. Padahal, ada orang lain yang tanpa aku sadari telah masuk ke ruang hatiku. Tapi dia tidak tahu betapa aku ingin memiliknya. Jadi maafkan aku Na”. mata Reihan berkaca-kaca.
            “ Sudahlah Reihan itu siapa pun aku tak cemburu, tapi sekarang sudah jelas kan? Suatu saat nanti aku akan cerita ke keluargaku. Dan aku akan bilang ke orang tuamu tapi tidak saat ini”.  
Reihan langsung terkejut saat mendengar kata-kata Karna. Karna meninggalkan Reihan sendirian dan beranjak ke tempat tidur sambil menahan isakan tangis. Reihan merasa bersalah akan tindakanya terhadap Karna. “ Maafkan gua Na, bukan maksud gua untuk nolak loe. Loe wanita cantik, pintar, cerdas pasti banyak orang yang akan melamar loe. Tapi gua dah memilih Uswah, entah mengapa gua lebih memilih Uswah. Dia sederhana dan banyak aksinya bikin ngangenin. Maafin gua Na. bukan maksut gua untuk nyakitin perasaan loe.
            #                                                               #                                                   #

            Karna dan orang tuanya pergi ke Australia dengan diantar Uswah menuju bandara. Karna bercerita tentang hubungan Reihan bahwa Reihan tidak setuju dengan tunangan yang diadakan oleh Bapak Sanjaya. Orang tua Karna terkejut karena tunangan yang diadakan dua hari yang lalu kosong begitu saja. Sampai di Australia  Karna juga menelpon orang tua Reihan bahwa untuk akad nikah di batalkan. Orang tua Reihan juga merasa tidak enak. Bapak Sanjaya langsung menelpon Reihan. Reihan langsung takut bagaimana cara menghadapi papanya. Ibu Roshita, bapak Sanjaya dan Reihan berkumul di ruang keluarga. Uswah yang melihatnya langsung curiga.
            “ Kenapa kamu tidak meneruskan akad pernikahan dengan Karna?
“ Maaf pa. Reihan saat ini sudah dewasa sudah bisa nentuin jalan hidup Reihan sendiri tapi bukan papa dan mama yang nentuin kebahagiaan Reihan. Maafin Reihan pa, ma”.
“ Okelah kalau itu keputusanmu, tapi kata Karna apakah kamu mempunyai wanita lain? Mungkin papa dan mama boleh tahu siapa yang kamu inginkan?
“ Boleh pa ma. Tapi sebelumnya papa dan mama jangan terkejut dan jangan marah terhadap pilihanku. Dia adalah Uswah”.
Glontaang….piring yang berisi roti langsung pecah begitu saja di lantai, Uswah langsung membereskannya. Semua mata tertuju ke dapur.
“ Maaf pa ma, tanpa mama dan papa sadari. Rei sekarang sudah banyak berubah di Indonesia t     api ma, pa Rei akan tetap melamar Uswah”.
“ Yah, kalau begitu terserah Rei saja. mama dan papa merestui hubungan kalian kamilah yang merasa bersalah karena tidak tahu akan perasaan Rei tapi apakah kamu sebelumnya sudah bilang ke Uswah?”
            “ Hehe belom ma”.  Sambil tersenyum.
Uswah yang mendengar penuturan Reihan langsung deg-degan. Apakah benar Reihan akan melamarnya? Ah, mungkin salah dengar. Uswah langsung dipanggil Ibu Roshita ke ruang keluarga. Uswah semakin takut akan melangkah. Diperlambat langkah kakinya.
            “ ehm, Us…gua mau ngelamar loe. Loe nerima gua nggak? Gua dah banyak berubah sekarang Us. Itupun gua inget kata-kata loe yang loe ajarin saat ini ama gua. Gua harap loe mau jadi istri gua selamanya”.
Uswah langsung terkejut dan penuh tanda tanya.
“ apa benar ni ana gak salah denger? Bukannya kemarin tuan Reihan sudah tunangan ma Mbak Karna?
            “ Gua dah nggak ada status lagi ama Karna. Gua lebih memilih ama loe”.
Papa dan mama Reihan hanya menunggu ekspresi Uswah.
            “ Bentar ya tuan, ana  masih bingung, sebab ana di sini sebagai pembantu dan tidak sepantasnya tuan menikahi pembantu. Hidup antum berbeda dengan kehidupan ana tapi ana mau istikhoroh dulu”.
“Ya memang benar nak, biarkan Uswah berpikir sejenak dan meminta petunjuk Allah terlebih dahulu, biar mantap hatinya dan kita jangan memaksa hatinya. Okelah Uswah silahkan kamu istirahat terlebih dahulu hari sudah semakin petang”.
Ya Allah, entah mengapa saat ini hamba begitu bingung, apakah dia pantas menjadi pendamping hidupku nanti? Hanya kepada-Mu lah hamba memohon dan meminta.
            #                                                             #                                                   #

            Akhirnya Uswah mau menerima lamaran Reihan dan mereka merencanakan akad nikah. Tiada disangka-sangka Uswah cewek tomboy menikah begitu cepat. Teman-temannya menjadi senang atas pernikahan Uswah. Kini Reihan dan Uswah mengarungi hidup bersama.




           




            

Panggil Aku Happy



Masih terukir dalam ingatanku, malam ini kuberdiri di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang. Lampu-lampu begitu terang bersinari disetiap langkahku. Angin-angin menjemput kedatanganku, begitu dingin, sampai menusuk kesendi-sendi tubuhku. Kubuka koper dan kuambil jaket berbulu tebal pemberian tetanggaku yang kerja di Eropa Utara, sehingga badanku terasa hangat.

Mataku menerawang jauh kedepan seraya tak percaya tentang apa yang terjadi hari ini, dan masih tak percaya tentang impianku yang sekarang berada dihadapanku ini. Subhanallah inilah Mesir, tempat wali Allah memperjuangkan agama Islam, bumi nabi Musa melawan Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Cleopatra yang mempunyai keanggunan dan kecantikan yang sangat menawan, tempat para ulama’ Mesir, inilah yang menjadikan ustad Habiburrahman El-Shirazy menjadi penulis terkenal dan masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan Mesir.

Sungguh kunikmati malam pertama berada di bandara Kairo. Kuterus memandang hamparan pemandangan  yang begitu luas. Kutengadahkan kepalaku ke arah langit, di sana kulihat bulan purnama bersinar seakan tersenyum kepadaku. Selintas kuteringat seorang wanita  yang sangat aku cintai dan aku sayangi, wanita itu begitu anggun, lembut, setia mendungkungku, selalu menyemangatiku dan sangat bertanggungjawab, itulah ibuku. Seulas senyum terakhir kalinya masih terekam di kepalaku yang begitu ikhlas mengantar kepergianku guna menuntut ilmu di Mesir. Ibu engkau begitu tegar, aku bangga denganmu.

Berbeda dengan ayahku, ayahku begitu tega meninggalkan ibuku sendirian, ayah pergi dengan perempuan lain, aku benci dengannya. Ayahku seorang direktur di kantor perusahaan. Ayahku menikah lagi dengan salah seorang rekan kerjanya, tepatnya dengan sekretaris pribadinya . Waktu itu aku masih kelas 6 SD dan adikku Manna Hanifah kelas 3 SD. Ibu sering melihat kemesraan mereka berdua saat ibu mengantarkan makan siang untuk ayah.
“ Maaf Bu, ini bukan apa-apa. Ibu jangan marah!
“ Sudah, ibu tak tahan lagi ayah! Ceraikan ibu  saat ini juga!
Ibu pulang dengan mobil avanzanya, segera setelah itu membereskan baju dan beberapa barang dipaksa masuk ke koper.
“Kerz, kemasi barang-barangmu! Semuanya ! jangan sampai ada yang tersisa, sekarang juga!
“Kita mau kemana bu?
“Ke rumah nenek”.
Ibu juga mengemasi barang-barang adikku. Semua barang sudah siap dan kita semua ke rumah nenek.
 Keesokan harinya ayah datang mendatangiku dan ibu ke rumah nenek.
“Aku sudah meminta surat perceraian dan ini harap di tandatangani”. Pinta  Ibu dengan nada ramah.
“ Cepat ayah!, sedikit menungkik ayah.
Ayah langsung mendatangani surat itu dan kita pisah dengan ayah. Ibu bekerja sendiri untuk biaya hidup dan untuk sekolah aku dan adikku. Aku masuk sekolah MTs dan Aliyah Negeri. Aku sekolah sambil berjualan pisang goreng, semua orang menertawaiku dan mengejekku. Di madrasah Aliyah negeri sambil berjualan aku juga ikut kursus bahasa Arab karena aku bermimpi ingin sekolah di Mesir. Akhirnya impian itu terwujud, aku lulus tes di Surabaya. Tapi untuk masalah biaya aku belum berani menanyakan ke Ibu.
“Buk,  maaf sebelumnya kemarin Kerz mendapatkan juara umum di sekolah, tanpa sepengetahuan ibu Kerz coba-coba ikut tes dan akhirnya saya diterima. Menurut ibu bagaimana?”
“ Nak masalah biaya ibu yakin akan mengusahakan. Ibu senang banget adikmu juga masuk 3 besar di kabupaten ini”.
Aku langsung memeluk ibu air mataku langsung meleleh. Buggg… tepukan dibahuku mengagetkanku.  
“Kerz, ayo naik bis jangan melamun aja! Aku pun berjalan mengikuti rombonganku. Masing-masing teman-temanku sudah kenal dengan kakak seniornya, sementara aku, aku hanya sendiri dari Trenggalek hanya aku yang pertama kali menginjakkan kaki dari Trenggalek seorang diri.
“Siapa yang bernama Mohammad Karza Ashiddiq?” Tanya seorang laki-laki yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Akhirnya aku serumah dengan lelaki tersebut.
Kairo diselimuti oleh angin yang berlari-lari mengitari kawasan timur tengah. Bangunkan aku dari tidur panjangku…sadarkan aku dari mimpi-mimiku…. Penggalanku lagu wali membangunkan tidurku untuk sholat tahajjud. Kubuka keran westafel ternyata tidak ada pemanas, aku mencoba membukanya westafelnya. Augh…dinginnya …her…her…dan akhirnya aku memasak air panas untuk campuran air dingin supaya aku bisa berwudhu. Aku menangis disela-sela sujudku, seulas teringat ibuku, adikku dan nenekku. Aku berharap agar mereka dilindungi Allah.
#                              #                                #

80 coret….yes! akhirnya kau muncul juga, alhamdulillah aku mendapat tempat duduk disamping jendela. Kulihat gadis Mesir berhidung mancung, bibir merah merekah dengan jilbab yang sering digunakan gadis Indonesia, tubuh tinggi tegap, subhanallah anggun sekali. Sekilas tatapannya memandangku menjadikanku salah tingkah. Astaghfirullah jangan sampai ini terjadi. Maafkanlah hamba-Mu yang hina ini ya Robb. Kuarahkan pandanganku ke jendela sambil memandangi pemandangan, mata gadis Mesir itu seolah mengingatkanku kembali pada anak blesteran Mesir-Indonesia yang sempat menjalin hubungan denganku. Saat itu aku ingat betul dia baik denganku aku terpesona olehnya.
“Kerz, kamu mandiri banget”.
“Mandi sendiri kale….”
Kwkwkwwk….. tawa canda itu membuat suasana lebih indah dan dialah satu-satunya orang yang akrab denganku di sekolah. Dia selalu menghiburku disaat hatiku bimbang. Mungkin aku orang yang jahat karena aku tidak mengabari Helwa bahwa aku akan meneruskan ke Mesir. Saat keberangkatanku di bandara Juanda aku hanya diantar Ibu, adik, nenek beserta tetanggku. Sampai di bandara Soekarno-Hatta. Pada saat itu kebetulan Helwa lagi berlibur di rumah neneknya di Bekasi. Hp Sony Ericson berbunyi tanda massage masuk, aku buka.
“Kerz, tunggu aku , aku ingin melihat kepergianmu”.
Ya Allah…memang aku sangat menyayanginya, tetapi aku tidak ingin mengotori hati ini.
“Kerz, ayo masuk timbang barang-barang!” Ajak temanku.
“Kerz…kerz…kerz…tunggu…tunggu…, panggil Helwa sembari berlari
Mendekatiku. Aku tengok dan kulempar senyum.
“ Kerz, ini aku belikkan jacket untukmu. Kata babaku saat ini musim dingin di Kairo dan ini salnya. Hati-hati ya Kerz! Maaf Kerz, sebelum kamu beranjak pergi aku ingin menanyakan sesuatu hal”.
“Apa itu Hel?”
“ Tentang hubungan kita”. Aduh aku mau menjawab apa dalam batinku.
“ Jawab Kerz!!! Paksa Helwa. Aku menghembuskan nafasku.
“ Sebelumnya aku minta maaf Hel, andai kau tahu bahwa aku sayang kamu. Tapi aku tidak ingin terikat karena aku ingin  mencari ilmu yang haqiqi dan itupun dengan pemikiran yang jernih. Untuk masalah kedepan akan aku pikirkan. Aku bisa ngaca siapa diriku, kita berbeda”.
“Tidak Kerz!!! Kita sama yang membedakan hanyalah iman seseorang”.  Helwa  menangis.
“ Maaf Hel, aku akan segera berangkat. Sebelum kuberangkat dengarkan Hel laguku yang terakhir kalinya.”
 Hapus air matamu yang menetes di pipimu…
kupastika semuanya akan baik-baik saja…
“Okelah aku berangkat dulu. Assalamualaikum….”Aku meninggalkan Helwa, dia masih menangis. Aku masih menahan air mataku selamat tinggal Helwa, jika kita ditakdirkan bersatu pasti kita akan bersatu. Tiba-tiba air mataku menetes.
 Ya Allah, jauhkanlah pikiranku dari Helwa. Kulliyah banat…!!!
Aiwah nazlah ya astho! Salah seorang mahasiswi Indonesia memakai jaket tebal yang panjangnya sampai selutut dengan  paduan memakai celana. Tak terasa hp ku direbut oleh orang laki-laki seperuh baya yang duduk disampingku.
Haromiiii…………”sambil aku mengejar dia, tiba-tiba seorang gadis memainkan ilmu beladirinya. Hai…….ciyaaa….gedebag, edebug semua orang menonton kejadian itu.
“Ma’alisy ya bint. Dzah! Bapak itu langsung menyerahkan dompet dan langsung pergi. Perempuan itu langsung menghampiriku.
“ Anak baru ya? Makanya hati-hati jangan melamun aja, ini hp mu.” Dengan suara yang  ketus ia pergi meninggalkanku tanpa ba bi bu. Belum pernah aku menemukan perempuan yang pemberani. Dia kakak kelas apa teman seangkatanku ya? Siapa nama wanita itu?  Kulihat ada sebuah buku kecil yang sempat jatuh dari saku jaketnya , mungkin itu punya dia. Aku ambil dan aku ingin mengejarnya tapi sayang wanita itu sudah memasuki kampus banat. Aduh…gimana ya caranya aku mengembalikan buku ini. Ketika itu aku mencoba untuk membuka buku itu.
Nama: Happy Marroh Wahidah
Ttl: Lombok, 12 Desember 1991
Weh, kelahirannya dibawahku donk! Aku sengaja membaca buku hariannya, supaya aku tahu bagaimana sikap orangnya. Aku ingin menangis saat membaca kisah hidupnya. Aku harus banyak-bnyak bersyukur, kita tidak boleh melihat keatas atas dasar duniawi, kita syukuri apa adanya yang kita punya.
#                                     #                                          #

Di rumah aku mencoba untuk menggambar wajah wanita itu, supaya aku bisa mengembalikan bukunya lagi. Kuambil pensil dan samara-samar aku gambar seingatku tadi pagi. Tara…..akhirnya selesai. Kutanyakan pada teman-teman satu per satu dan tidak ketinggalan kutanyakan pada kakak seniorku. Hasilnya nihil, tidak ada dari mereka yang kenal. Kuingat-ingat ternyata aku belum bertanya pada Hanif, temanku yang berasal dari Bali. Alhamdullih usahaku tak sia-sia, ternyata hanif mengenalnya. Hanif biasa memanggilnya Happy sesuai dengan sifatnya yang ceria meskipun dia mempunyai berbagai masalah. Walupun kelahiran ’91, dia sudah tingkat 3, keseharian dia berjualan keliling dan berjualan makanan ringan disaat ada acara seperti perlombaan di lapangan dan acara di wihdah.
Info yang lengkap aku dapat dari hanif, segera aku menghubunginya dan mengembalikan buku itu di suq sayyaroh. Kulihat wajahnya yang begitu teduh dengan dihiasi wajah yang kelelahan dengan pakaian kusut yang menyelimuti tubuhnya. Aku mengucapkan terima kasih dengannya, mata Happy masih tertuju pada juz mangga sambil  menikmati minumannya,  ia diam membisu.
“Mbak??? Oh…ya dik maaf. Mbak harus buru-buru makasih ya, dah nemuin buku mbak. Mbak duluan. Kapten bikem dzah?” Happy langsung membayar tanpa ba bi bu dia  langsung pergi. Aku kejar dia, mbak tunggu kan tadi saya yang ngajak, kok mbak yang bayar sih?
“ Udah gak pa pa ,kamu masih anak baru harus rajin belajar, jangan terlena dengan keindahan Mesir yang mengakibatkan kamu mati di dalamnya seperti kata pepatah ayam mati di lumbung padi. Ok? Yuk duluan. Assalamualaikum.”
#                                    #                               #

Kini Kerz sudah tingkat 2, dia ingin mendaftarkan minhah ke Baitul Az-Zakat. Sehingga dia tidak perlu kiriman dari ibunya. Dan Kerz mendaftarkan minhah ke Jamiiyyah Syar’iyyah  juga jadi total kehidupan Kerz 445 le per bulan. Dan Kerz berniat untk masuk ke asrama bersama Hanif temannya yang dari Bali mereka berdua memilih asrama Babten, yang didalamnya terdapat mahasiswa berbagai macam negara. Ada seorang India berjualan makanan khas negaranya sehingga terlintas dibayangan Kerz ingin menolong Happy untuk mendristributori  barang dagangan Happy. Dan Happy pun setuju diajak bekerja sama oleh Kerz.  Dengan seiring bertemunya Kerz dengan Happy karena adanya bisnis, Kerz sering memikiran Happy, dia kagum dengan ketangguhan  Happy dan keberaniannya dan selama ini Kerz belum pernah temui seorang wanita yang semandiri Happy.
Kerz mendaftarkan diri untuk mengikuti kajian Ekonomi Islam yang diselenggarakan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Di sana dia melihat nama Happy juga mendaftarkan diri. Hari inilah pertama kalinya aku mengikuti kajian pakeis dan pemakalah pertama yaitu dari kelompok Happy. Aku kagum dengannya disisi lain dia juga aktif mengikuti kajian ini. Kemampuan intelektualnya, pencerahannya membawa kharisma yang menawan dengan wajahnya yang imut abis tak dikenali kalau dia sudah tingkat 3. Suasana diskusi begitu ramai dan memang hidup. Senyumannya membuat dia semakin imut.
#                                                       #                                             #

Sabtu pagi adalah jadwalku pergi ke masjid Al-Azhar untuk tallaqi tentang Fathul Barri bersama syeikh yang ada di masjid. Kulihat di depan Jalan Raya Kulliyah Banin banyak orang yang berkerumunan, mengakibatkan jalan menjadi macet. Aku semakin penasaran karena disekitar kerumunan itu banyak mahasiswa yang mengerumuninya. Aku semakin bertanya-tanya ada gerangan apakah di sana kok tumben orang Indonesia ikut melihat, pikiranku semakin tak beres setelah melihat tas punggng milik Happy dibawa oleh salah seorang mahasiswa Al-Azhar. Kuangkat kakiku dan terus berlari. Tidaaaaak……mbak Happyyy………
Kerz membopong Happy bersama temannya yang ada disekitar kerumunana itu ke Rumah Sakit Hussein. Tubuh Happy berlumuran darah, Happy tidak sadarkan diri. Kerz menunggu di depan ruangan UGD. Kerz membuka tas punggung Happy dibukalah buku diary Happy.

9 september 2008
Hari inilah pertama kalinya aku mau menerima ajakan pemuda itu. Entah mengapa saat pertama kali aku melihatnya, dia begitu beda dengan lelaki yang lain. Tepat hari ini pertama kalinya aku duduk berdua menikmati segarnya juz mangga bersama laki-laki. Tatapannya mengingatkanku pada seseorang yaitu bapakku. Bapakku telah meninggal. Hidupku semakin semangat saat bertemu lelaki itu. Kerz andai kau tahu akan hati ini ah lupakan saja…mungkin dia masih anak kecil masih tingkat 1.

“ Maaf apakah kamu temannya?”, tanya seorang dokter.
“ Ya, memang ada apa dok?”
  Dia hanya bisa bertahan hanya beberapa hari karena dia terkena penyakit paru-paru basah yang kronis dan tulang-tulangnya rapuh tidak dapat ditolong lagi.
“ ah ini gak mungkin, mbak Happy pokoknya harus kuat”.
Kerz melihat ke arah Happy, matanya yang sayu dengan dipenuhi kelelahan. Kerz menangis di balik kaca dia tidak bisa menahan derita yang dialami Happy. Kerz memasuki ruangan dan menunggu disamping tempat Happy terbaring dia juga belum sadarkan diri. Kerz menunggu sambil membaca Al-Quran, tiba-tiba jari-jemari Happy bergerak sedikit demi sedikit.
“Kerz … ana haus”. Rintih Happy.
Kerz menuangkan air minum ke gelas. Tiba-tiba ketua kekeluargaan Happy dan teman-teman yang lain datang menjenguk Happy.
“Jika aku sudah gak ada, tolong kamu kasih ini untuk Ibuku dan adik-adikku”.
“ Mbak bertahan mbak jangan ngomong gitu, mbak harus kuat!
“ tolong jaga diary ana. Maafkan ana jika ana ada salah, belajar yang rajin ya, jangan terlena dengan keadaan, minhahnya dipertahankan. Asshadu alla ilaa haillallah wa asshadu anna muhammadar rosulullah….
Mbaaaaaaaaaaaaaaaaaak……………….Happy……….Happy…..
Suara tangis dan haru biru memenuhi ruangan kamar Happy. Semua menjadi sedih. Kerz tetap menangis.
“ Sudah Kerz, ikhlaskan dia. Liat dia tersenyum, sekarang kita doakan saja dia.” kata seorang teman di sampingku.  Happy disholatkan di masjid Al-Azhar dan di makamkan di Darrosah. Banyak orang yang ikut andil dalam pemakaman.
#                                                    #                                                #

Kerz sudah lepas Lc dia memperoleh predikat mumtaz dan sudah hapal 30 juz. Kini dia menunggu tiket Bz untuk pulang ke Indonesia. Terlintas dia teringat Helwa yang tak pernah dia hubungi. Kerz tersenyum bahwa dia ingin melamar Helwa. Dan akhirnya tiket pun turun, kerz kembali pulang ke Indonesia.
Ibu kerz terkejut saat dia melihat anaknya yang tumbuh semakin dewasa dan bijaksana.
“Ini Manna ya? Kok udah semakin cantik aja yah, adik kakak. Kalau kakak bukan kakakmu pasti udah kakak lamar duluan, heheheh…”
“Ah, kakak ada-ada aja”. jawab Manna dengan tersipu. Suasana rumah begitu ramai dan banyak para tetangga yang berdatangan menyambut kedatanganku. Kutanyakan tentang kabar tentang Helwa pada ibuku, tetapi ibuku tidak menjawab hanya diam dan mengarah ke topik pembicaran yang lain.
Keesokan harinya Kerz pergi ke rumah Helwa, rumah Helwa semakin excellent dan besar. Kerz memencet bel, seketika itu gerbang terbuka dengan sendirinya.
Assalamualaikum”. Sapa Kerz
Waalikumslam”. Helwa terkejut saat melihat kedatangan Kerz. Kerz juga terkejut oleh perut Helwa yang telah  membuncit.
“Kamu sehat? basa-basi Kerz.
“Maafkan aku Kerz, aku disuruh bapakku menikah dengan pilihannya. Dia anaknya dubes. Maafkan aku yang mengingkari janjimu itu. Aku orang terjahat yang melukai hatimu”.
Kerz menghela nafas panjang dan hanya diam membisu. Pandangan Kerz kosong, entah kata-kata apa yang tepat dikeluarkan dari bibir Kerz. Sementara Helwa tetap menangis. Kerz segera pamit dan meninggalkan Helwa dengan senyuman yang memaksa disertai kekecewaan yang mendalam. Teringat Kerz akan kertas dan amplop yang diberikan dari Happy untuk keluarganya di Lombok. Ternyata isi surat tersebut juga ada untuk Kerz.
“ Kerz, maafkan aku sebelumnya, mungkin dengan surat ini, jika aku sudah tiada, tolong kamu bersilaturrahmi ke tempatku di Lombok untuk memberikan amlop ini untuk ibuku. Setidaknya aku mengharapkan kamu untuk dakwah di daerahku, sebab tidak ada anak sekolah di Al-Azhar kecuali aku yang dirikan di daerahku. Dan kini aku sudah tiada. Terima kasih sebelumnya Kerz. Jikalau kamu sibuk, aku tidak bisa memaksa hanya satu yang terpenting tolong berikan surat terakhirku untuk ibu”. Wassalam.

Sebelum Kerz ke Lombok, Kerz mencari pekerjaan dan akhirrnya kini Kerz sudah menjadi imam Masjid Jami’ di Trenggalek dan diterima sebagai pegawai bank Syari’ah. Bekal Kerz sudah cukup segera mungkin dia berangkat ke Lombok. Di dalam bis Kerz hampir di hipnotis oleh orang yang akan merampas barang-barang Kerz. Tiba-tib muncul seorang perempuan berkerudung hitam mengenakan kemeja hitam dan celana putih. Wanita itu menendang dan marah-marah dengan memakai bahasa Lombok. Kerz masih tetap mengamati wanita itu, menurut Kerz tidak asing lagi wajah wanita itu. 
“ Orang baru ya bli? Pantesan kalem banget sih jadi orang? Gak bisa bela diri ya?”
 Kerz masih diam membisu, kata-kata itu mengingatkan pada Happy.
            “ Ngomong dong! Diam aja sih?
            “ Maaf mbak, mbak mirip dengan teman saya yang di Kairo, dari gaya dan bicaranya. Tapi tiga tahun yang lalu sudah meninggal”. Wanita itu terkejut dengan mata yang terbelalak kaget.
            “Apa? Mirip temanmu?
            “ Ya. Namanya Happy Marroh Wahidah”. Wanita itu langsung menangis dan tertunduk dengan lesu, Kerz menjadi bingung. “ itu kakakku bli”.
            “ Maaf mbak, berarti mbak adiknya, maksud saya kesini untuk menemui ibu mbak untuk memberikan titipan ini dari Happy”. Wanita itu langsung mempersilahkan Kerz menuju ke rumahnya. Ibu Happy menyambut dengan senang dan warga lainnya pun merasa senang, ada orang dari Jawa yang mau memberikan tausiah ataupun kegiatan pengajian untuk masyarakat. Kerz tidak berlama-lama menginap di rumah ibu Happy karena Kerz juga ada tugas sebagai pegawai bank Syari’ah. Sementara Kerz masih bolak-balik Trenggalek-Lombok. Menyebabkan Kerz mempunyai rasa terhadap wanita itu adiknya Happy yang bernama Laili anak lulusan UI jurusan Matematika. Akhirnya Kerz melamar Laili dengan jarak waktu yang tidak lama mereka menikah dan hidup bahagia.
            Laili.............malam ini menjadi malam kita…
            Laili ………kaulah malamku saat ini….