Senin, 12 September 2011

Raga...

entah apa yang ada dalam diriku ini
sulit untuk aku pikirkan dan aku maknai
setapak demi setapak kulalui
peluh pun jatuh tanpa henti
otakku tak berputar saat ku menatapnya
dapatkah kau merasakannnya?
                                             

pelepah kurma bergoyang ditiup angin sepoi-sepoi
menjadi saksi hati ini
mungkin hanya aku saja merasakan hal ini
yang hanya bisa tersimpan di hati
aku tak mengerti jalan arah ini
kau membuatku semangat walau kau mengatai-ngatai ku
ku tak paham apa makna ini semua
namun aku bangga dengan dirimu
terimakasih aku telah mengenalmu.......

Senin, 05 September 2011

Pontang-Panting


Mungkin aku bukan pujangga yang pandai untuk merangkai kata-kata. Namun aku ingin selau berusaha untuk bisa menulis dengan tinta dimanapun aku berada, untuk teman-temanku yang berada di seluruh nusantara. Memang aku hanyalah seorang pemula, dan aku berusaha sebisa mungkin meluangkan waktuku untuk bercerita untuk sahabat semua.
Tak terasa begitu cepat hari-hari yang kulalui sudah 3 kali ramadhan dan tiga kali lebaran aku tinggal di negeri kinanah ini. Saat aku anak baru dan memasuki tahap ramadhan, diriku serasa disayut sembilu ingin rasanya aku berjumpa keluarga tak terasa airmata ini menetes begitu deras menyambut bulan ramadhan. Aku ditengah-tengah keramaian yang begitu sepi kulalui seorang diri.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang mana banyak diskon besar-besaran di dalamnya , sangat penting momen selama bulan Ramadhan ini, ganjaran pahalanya berlipat-lipat. Tak heran banyak sebagian orang Mesir yang menyedekahkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Contoh bagi orang faqir miskin, orang-orang yang menuntut ilmu dan anak yatim piatu.Tak heran banyak orang yang mengantri di pinggir-pinggir masjid dan menunjukkan kartu bagi orang yang tidak mampu dan sebagian yang mengantri juga. Seorang mahasiswa yang ikut mengantri juga menyebarkan kabar yang lain supaya ikut mengantri bagi mahasiswa yang membutuhkan juga. Mengantri di tempat masjid untuk mengambil  musa’adah itu biasa dikatakan juga pertolongan atau bantuan. Memang sedikit rasa malu untuk ikut mengantri , namun demi untuk mencari kebutuhan hidup diriku tak merasa malu sebab kini aku lagi butuh dan hanya momen Ramadhan saja yang ada musa’adah di masjid-masjid. Dan aku juga mengabari teman-teman yang lain ,mereka juga ikut berdatangan dan ikut mengantri. Kita mencari dari satu masjid ke masjid yang lain. Ini  bukanlah kami yang memint-minta dengan free, tetapi ini adalah memang untuk tholabul ilmi fi sabilillah. Ada seorang yang mengatakan kepadaku  saat aku lagi berkemas-kemas dan mencari kartu mahasisawaku . “ Mau kemana ?
“Mau ke masjid ada musa’adah. Ayo ikut!
“ Ah,nggak ah kata mama gak boleh minta-minta di masjid?
“ Ini bukan minta-minta tapi ini memang ada untuk mahasiswa, muhsinin memang memberi dikhususkan bagi mahasiswa. Ya sudah, aku pergi dulu”. Sebenarnya aku ingin marah dan mengunci mulutnya hatiku sakit, sangat sakit tapi tak apalah memang aku orang seadanya begitu ada musa’adah aku senang sekali karena mengisi kantongku yang kosong. Aku sedikit agak tomboy soal masalah berdebat aku mengalah  memang aku tak bisa berdebat, lebih baik aku diam dan mengepalkan tanganku ke tembok sampai tanganku sakit. Ya...Allah beri aku kesabaran untuk menghadapi ini semua.
Hari ini ada musa’adah di dekat tukang daging setelah sholat tarawih kami berduyun-duyun mengantri begitu banyak orang yang berdatangan apalagi yang sudah berkeluarga mereka membawa anak, sangat memilukan jika melihat seorang ibu yang membawa anak bayi ikut mengantri. Mahasiswa dan mahasiswi dari belahan manapun ikut mengantri dari yang berparas Asia, Rusia, dan Afrika  sebagian berdatangan di sini. Setiap orang mendapat 50 le. Mungkin kalau di rupiahkan sekitar  80.000 rupiah. Bayangkan yang berdatangan ke masjid itu sekitar 500 orang , yang berdatangan ke masjid itu silih berganti sebab masjidnya tidak cukup jika semua masuk. Setelah mendapat  musa’adah, keluar dan bergantian yang  masuk. Lucunya waktu itu adalah malam 27 Ramdhan dan musa’adah itu berada di masjid-masjid namun tak mungkin kita mencapai semua masjid, sebab masjid yang membagikan  musa’adah jaraknya cukup lumayan jauh dan kendaraan yang minim. Dan bebarengan musa’adah tersebut dibagikan saat seusai shalat tarawih. Banyak orang yang berlarian, sedangkan mahasiswi  menyewa taksi dan naik taksi berlima atau bisa jadi berenam satu taksi. Aku ingin tertawa saat melihat orang berlari-lari, Ya Allah...mungkin saat ini kami yang mencari musa’adah izinkan kami jika setelah di Indonesia menjadi orang yang membagikan. Aku salut terhadap orang Mesir mereka mengeluarkan uang demi mencari Ridho Allah tidak tanggung –tanggung mengeluarkan dari hartanya untuk mahasiswa yang menuntut ilmu di negeri mereka, coba kita lihat di Indonesia serasa dikit atau bahkan tidak ada yang memperdulikan warga asing yang mencari ilmu agama di Indonesia. Jangankan mahasiswa asing, mahasiswa sendirinya pun jarang. Dan muhsinin yang memberikan shodaqoh tanpa pamrih dan tanpa meminta imbalan sebaliknya. Terkadang saat kita berjalan, kita menemui mobil berhenti dihadapan kita turunlah seseorang dari mobil itu dan memanggil kita sambil mengulurkan tangannya dan ditangannya terdapat uang .Kita diberi uang yang tidak tanggung-tanggung kemudian orang itu pergi hanya meninggalkan pesan “belajar yang rajin ya! Kami serempak mendoakan beliau yang telah memberi  rizki kepada  kami dan bersykur kepada Allah yang mana melimpahkan rizki-Nya yang tidak disangka-sangka.
Aku ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada teman-temanku semua yang telah banyak memberi tahuku tempat yang  mana dituju hehehe. Doakan kami kawan-kawan jika kami mendapat beasiswa baituzzakat mungkin kami tidak kepontang –kepanting  mencari musa’adah dimana-mana. Karena dari beasiswa itu lumayan untuk hidup di Mesir.  Kini 3 kali Ramadhan dan 3 kali lebaran hidupku saat 10 hari terakhir Ramadhan mencari musa’adah dimana-mana. Aku berharap Ramadhan depan tidak kepontang-kepanting lagi. Ridhoi kami ya Robb.

Kairo, 1 September 2011