Jumat, 19 Agustus 2011

Panggil Aku Happy



Masih terukir dalam ingatanku, malam ini kuberdiri di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang. Lampu-lampu begitu terang bersinari disetiap langkahku. Angin-angin menjemput kedatanganku, begitu dingin, sampai menusuk kesendi-sendi tubuhku. Kubuka koper dan kuambil jaket berbulu tebal pemberian tetanggaku yang kerja di Eropa Utara, sehingga badanku terasa hangat.

Mataku menerawang jauh kedepan seraya tak percaya tentang apa yang terjadi hari ini, dan masih tak percaya tentang impianku yang sekarang berada dihadapanku ini. Subhanallah inilah Mesir, tempat wali Allah memperjuangkan agama Islam, bumi nabi Musa melawan Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Cleopatra yang mempunyai keanggunan dan kecantikan yang sangat menawan, tempat para ulama’ Mesir, inilah yang menjadikan ustad Habiburrahman El-Shirazy menjadi penulis terkenal dan masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan Mesir.

Sungguh kunikmati malam pertama berada di bandara Kairo. Kuterus memandang hamparan pemandangan  yang begitu luas. Kutengadahkan kepalaku ke arah langit, di sana kulihat bulan purnama bersinar seakan tersenyum kepadaku. Selintas kuteringat seorang wanita  yang sangat aku cintai dan aku sayangi, wanita itu begitu anggun, lembut, setia mendungkungku, selalu menyemangatiku dan sangat bertanggungjawab, itulah ibuku. Seulas senyum terakhir kalinya masih terekam di kepalaku yang begitu ikhlas mengantar kepergianku guna menuntut ilmu di Mesir. Ibu engkau begitu tegar, aku bangga denganmu.

Berbeda dengan ayahku, ayahku begitu tega meninggalkan ibuku sendirian, ayah pergi dengan perempuan lain, aku benci dengannya. Ayahku seorang direktur di kantor perusahaan. Ayahku menikah lagi dengan salah seorang rekan kerjanya, tepatnya dengan sekretaris pribadinya . Waktu itu aku masih kelas 6 SD dan adikku Manna Hanifah kelas 3 SD. Ibu sering melihat kemesraan mereka berdua saat ibu mengantarkan makan siang untuk ayah.
“ Maaf Bu, ini bukan apa-apa. Ibu jangan marah!
“ Sudah, ibu tak tahan lagi ayah! Ceraikan ibu  saat ini juga!
Ibu pulang dengan mobil avanzanya, segera setelah itu membereskan baju dan beberapa barang dipaksa masuk ke koper.
“Kerz, kemasi barang-barangmu! Semuanya ! jangan sampai ada yang tersisa, sekarang juga!
“Kita mau kemana bu?
“Ke rumah nenek”.
Ibu juga mengemasi barang-barang adikku. Semua barang sudah siap dan kita semua ke rumah nenek.
 Keesokan harinya ayah datang mendatangiku dan ibu ke rumah nenek.
“Aku sudah meminta surat perceraian dan ini harap di tandatangani”. Pinta  Ibu dengan nada ramah.
“ Cepat ayah!, sedikit menungkik ayah.
Ayah langsung mendatangani surat itu dan kita pisah dengan ayah. Ibu bekerja sendiri untuk biaya hidup dan untuk sekolah aku dan adikku. Aku masuk sekolah MTs dan Aliyah Negeri. Aku sekolah sambil berjualan pisang goreng, semua orang menertawaiku dan mengejekku. Di madrasah Aliyah negeri sambil berjualan aku juga ikut kursus bahasa Arab karena aku bermimpi ingin sekolah di Mesir. Akhirnya impian itu terwujud, aku lulus tes di Surabaya. Tapi untuk masalah biaya aku belum berani menanyakan ke Ibu.
“Buk,  maaf sebelumnya kemarin Kerz mendapatkan juara umum di sekolah, tanpa sepengetahuan ibu Kerz coba-coba ikut tes dan akhirnya saya diterima. Menurut ibu bagaimana?”
“ Nak masalah biaya ibu yakin akan mengusahakan. Ibu senang banget adikmu juga masuk 3 besar di kabupaten ini”.
Aku langsung memeluk ibu air mataku langsung meleleh. Buggg… tepukan dibahuku mengagetkanku.  
“Kerz, ayo naik bis jangan melamun aja! Aku pun berjalan mengikuti rombonganku. Masing-masing teman-temanku sudah kenal dengan kakak seniornya, sementara aku, aku hanya sendiri dari Trenggalek hanya aku yang pertama kali menginjakkan kaki dari Trenggalek seorang diri.
“Siapa yang bernama Mohammad Karza Ashiddiq?” Tanya seorang laki-laki yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Akhirnya aku serumah dengan lelaki tersebut.
Kairo diselimuti oleh angin yang berlari-lari mengitari kawasan timur tengah. Bangunkan aku dari tidur panjangku…sadarkan aku dari mimpi-mimiku…. Penggalanku lagu wali membangunkan tidurku untuk sholat tahajjud. Kubuka keran westafel ternyata tidak ada pemanas, aku mencoba membukanya westafelnya. Augh…dinginnya …her…her…dan akhirnya aku memasak air panas untuk campuran air dingin supaya aku bisa berwudhu. Aku menangis disela-sela sujudku, seulas teringat ibuku, adikku dan nenekku. Aku berharap agar mereka dilindungi Allah.
#                              #                                #

80 coret….yes! akhirnya kau muncul juga, alhamdulillah aku mendapat tempat duduk disamping jendela. Kulihat gadis Mesir berhidung mancung, bibir merah merekah dengan jilbab yang sering digunakan gadis Indonesia, tubuh tinggi tegap, subhanallah anggun sekali. Sekilas tatapannya memandangku menjadikanku salah tingkah. Astaghfirullah jangan sampai ini terjadi. Maafkanlah hamba-Mu yang hina ini ya Robb. Kuarahkan pandanganku ke jendela sambil memandangi pemandangan, mata gadis Mesir itu seolah mengingatkanku kembali pada anak blesteran Mesir-Indonesia yang sempat menjalin hubungan denganku. Saat itu aku ingat betul dia baik denganku aku terpesona olehnya.
“Kerz, kamu mandiri banget”.
“Mandi sendiri kale….”
Kwkwkwwk….. tawa canda itu membuat suasana lebih indah dan dialah satu-satunya orang yang akrab denganku di sekolah. Dia selalu menghiburku disaat hatiku bimbang. Mungkin aku orang yang jahat karena aku tidak mengabari Helwa bahwa aku akan meneruskan ke Mesir. Saat keberangkatanku di bandara Juanda aku hanya diantar Ibu, adik, nenek beserta tetanggku. Sampai di bandara Soekarno-Hatta. Pada saat itu kebetulan Helwa lagi berlibur di rumah neneknya di Bekasi. Hp Sony Ericson berbunyi tanda massage masuk, aku buka.
“Kerz, tunggu aku , aku ingin melihat kepergianmu”.
Ya Allah…memang aku sangat menyayanginya, tetapi aku tidak ingin mengotori hati ini.
“Kerz, ayo masuk timbang barang-barang!” Ajak temanku.
“Kerz…kerz…kerz…tunggu…tunggu…, panggil Helwa sembari berlari
Mendekatiku. Aku tengok dan kulempar senyum.
“ Kerz, ini aku belikkan jacket untukmu. Kata babaku saat ini musim dingin di Kairo dan ini salnya. Hati-hati ya Kerz! Maaf Kerz, sebelum kamu beranjak pergi aku ingin menanyakan sesuatu hal”.
“Apa itu Hel?”
“ Tentang hubungan kita”. Aduh aku mau menjawab apa dalam batinku.
“ Jawab Kerz!!! Paksa Helwa. Aku menghembuskan nafasku.
“ Sebelumnya aku minta maaf Hel, andai kau tahu bahwa aku sayang kamu. Tapi aku tidak ingin terikat karena aku ingin  mencari ilmu yang haqiqi dan itupun dengan pemikiran yang jernih. Untuk masalah kedepan akan aku pikirkan. Aku bisa ngaca siapa diriku, kita berbeda”.
“Tidak Kerz!!! Kita sama yang membedakan hanyalah iman seseorang”.  Helwa  menangis.
“ Maaf Hel, aku akan segera berangkat. Sebelum kuberangkat dengarkan Hel laguku yang terakhir kalinya.”
 Hapus air matamu yang menetes di pipimu…
kupastika semuanya akan baik-baik saja…
“Okelah aku berangkat dulu. Assalamualaikum….”Aku meninggalkan Helwa, dia masih menangis. Aku masih menahan air mataku selamat tinggal Helwa, jika kita ditakdirkan bersatu pasti kita akan bersatu. Tiba-tiba air mataku menetes.
 Ya Allah, jauhkanlah pikiranku dari Helwa. Kulliyah banat…!!!
Aiwah nazlah ya astho! Salah seorang mahasiswi Indonesia memakai jaket tebal yang panjangnya sampai selutut dengan  paduan memakai celana. Tak terasa hp ku direbut oleh orang laki-laki seperuh baya yang duduk disampingku.
Haromiiii…………”sambil aku mengejar dia, tiba-tiba seorang gadis memainkan ilmu beladirinya. Hai…….ciyaaa….gedebag, edebug semua orang menonton kejadian itu.
“Ma’alisy ya bint. Dzah! Bapak itu langsung menyerahkan dompet dan langsung pergi. Perempuan itu langsung menghampiriku.
“ Anak baru ya? Makanya hati-hati jangan melamun aja, ini hp mu.” Dengan suara yang  ketus ia pergi meninggalkanku tanpa ba bi bu. Belum pernah aku menemukan perempuan yang pemberani. Dia kakak kelas apa teman seangkatanku ya? Siapa nama wanita itu?  Kulihat ada sebuah buku kecil yang sempat jatuh dari saku jaketnya , mungkin itu punya dia. Aku ambil dan aku ingin mengejarnya tapi sayang wanita itu sudah memasuki kampus banat. Aduh…gimana ya caranya aku mengembalikan buku ini. Ketika itu aku mencoba untuk membuka buku itu.
Nama: Happy Marroh Wahidah
Ttl: Lombok, 12 Desember 1991
Weh, kelahirannya dibawahku donk! Aku sengaja membaca buku hariannya, supaya aku tahu bagaimana sikap orangnya. Aku ingin menangis saat membaca kisah hidupnya. Aku harus banyak-bnyak bersyukur, kita tidak boleh melihat keatas atas dasar duniawi, kita syukuri apa adanya yang kita punya.
#                                     #                                          #

Di rumah aku mencoba untuk menggambar wajah wanita itu, supaya aku bisa mengembalikan bukunya lagi. Kuambil pensil dan samara-samar aku gambar seingatku tadi pagi. Tara…..akhirnya selesai. Kutanyakan pada teman-teman satu per satu dan tidak ketinggalan kutanyakan pada kakak seniorku. Hasilnya nihil, tidak ada dari mereka yang kenal. Kuingat-ingat ternyata aku belum bertanya pada Hanif, temanku yang berasal dari Bali. Alhamdullih usahaku tak sia-sia, ternyata hanif mengenalnya. Hanif biasa memanggilnya Happy sesuai dengan sifatnya yang ceria meskipun dia mempunyai berbagai masalah. Walupun kelahiran ’91, dia sudah tingkat 3, keseharian dia berjualan keliling dan berjualan makanan ringan disaat ada acara seperti perlombaan di lapangan dan acara di wihdah.
Info yang lengkap aku dapat dari hanif, segera aku menghubunginya dan mengembalikan buku itu di suq sayyaroh. Kulihat wajahnya yang begitu teduh dengan dihiasi wajah yang kelelahan dengan pakaian kusut yang menyelimuti tubuhnya. Aku mengucapkan terima kasih dengannya, mata Happy masih tertuju pada juz mangga sambil  menikmati minumannya,  ia diam membisu.
“Mbak??? Oh…ya dik maaf. Mbak harus buru-buru makasih ya, dah nemuin buku mbak. Mbak duluan. Kapten bikem dzah?” Happy langsung membayar tanpa ba bi bu dia  langsung pergi. Aku kejar dia, mbak tunggu kan tadi saya yang ngajak, kok mbak yang bayar sih?
“ Udah gak pa pa ,kamu masih anak baru harus rajin belajar, jangan terlena dengan keindahan Mesir yang mengakibatkan kamu mati di dalamnya seperti kata pepatah ayam mati di lumbung padi. Ok? Yuk duluan. Assalamualaikum.”
#                                    #                               #

Kini Kerz sudah tingkat 2, dia ingin mendaftarkan minhah ke Baitul Az-Zakat. Sehingga dia tidak perlu kiriman dari ibunya. Dan Kerz mendaftarkan minhah ke Jamiiyyah Syar’iyyah  juga jadi total kehidupan Kerz 445 le per bulan. Dan Kerz berniat untk masuk ke asrama bersama Hanif temannya yang dari Bali mereka berdua memilih asrama Babten, yang didalamnya terdapat mahasiswa berbagai macam negara. Ada seorang India berjualan makanan khas negaranya sehingga terlintas dibayangan Kerz ingin menolong Happy untuk mendristributori  barang dagangan Happy. Dan Happy pun setuju diajak bekerja sama oleh Kerz.  Dengan seiring bertemunya Kerz dengan Happy karena adanya bisnis, Kerz sering memikiran Happy, dia kagum dengan ketangguhan  Happy dan keberaniannya dan selama ini Kerz belum pernah temui seorang wanita yang semandiri Happy.
Kerz mendaftarkan diri untuk mengikuti kajian Ekonomi Islam yang diselenggarakan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Di sana dia melihat nama Happy juga mendaftarkan diri. Hari inilah pertama kalinya aku mengikuti kajian pakeis dan pemakalah pertama yaitu dari kelompok Happy. Aku kagum dengannya disisi lain dia juga aktif mengikuti kajian ini. Kemampuan intelektualnya, pencerahannya membawa kharisma yang menawan dengan wajahnya yang imut abis tak dikenali kalau dia sudah tingkat 3. Suasana diskusi begitu ramai dan memang hidup. Senyumannya membuat dia semakin imut.
#                                                       #                                             #

Sabtu pagi adalah jadwalku pergi ke masjid Al-Azhar untuk tallaqi tentang Fathul Barri bersama syeikh yang ada di masjid. Kulihat di depan Jalan Raya Kulliyah Banin banyak orang yang berkerumunan, mengakibatkan jalan menjadi macet. Aku semakin penasaran karena disekitar kerumunan itu banyak mahasiswa yang mengerumuninya. Aku semakin bertanya-tanya ada gerangan apakah di sana kok tumben orang Indonesia ikut melihat, pikiranku semakin tak beres setelah melihat tas punggng milik Happy dibawa oleh salah seorang mahasiswa Al-Azhar. Kuangkat kakiku dan terus berlari. Tidaaaaak……mbak Happyyy………
Kerz membopong Happy bersama temannya yang ada disekitar kerumunana itu ke Rumah Sakit Hussein. Tubuh Happy berlumuran darah, Happy tidak sadarkan diri. Kerz menunggu di depan ruangan UGD. Kerz membuka tas punggung Happy dibukalah buku diary Happy.

9 september 2008
Hari inilah pertama kalinya aku mau menerima ajakan pemuda itu. Entah mengapa saat pertama kali aku melihatnya, dia begitu beda dengan lelaki yang lain. Tepat hari ini pertama kalinya aku duduk berdua menikmati segarnya juz mangga bersama laki-laki. Tatapannya mengingatkanku pada seseorang yaitu bapakku. Bapakku telah meninggal. Hidupku semakin semangat saat bertemu lelaki itu. Kerz andai kau tahu akan hati ini ah lupakan saja…mungkin dia masih anak kecil masih tingkat 1.

“ Maaf apakah kamu temannya?”, tanya seorang dokter.
“ Ya, memang ada apa dok?”
  Dia hanya bisa bertahan hanya beberapa hari karena dia terkena penyakit paru-paru basah yang kronis dan tulang-tulangnya rapuh tidak dapat ditolong lagi.
“ ah ini gak mungkin, mbak Happy pokoknya harus kuat”.
Kerz melihat ke arah Happy, matanya yang sayu dengan dipenuhi kelelahan. Kerz menangis di balik kaca dia tidak bisa menahan derita yang dialami Happy. Kerz memasuki ruangan dan menunggu disamping tempat Happy terbaring dia juga belum sadarkan diri. Kerz menunggu sambil membaca Al-Quran, tiba-tiba jari-jemari Happy bergerak sedikit demi sedikit.
“Kerz … ana haus”. Rintih Happy.
Kerz menuangkan air minum ke gelas. Tiba-tiba ketua kekeluargaan Happy dan teman-teman yang lain datang menjenguk Happy.
“Jika aku sudah gak ada, tolong kamu kasih ini untuk Ibuku dan adik-adikku”.
“ Mbak bertahan mbak jangan ngomong gitu, mbak harus kuat!
“ tolong jaga diary ana. Maafkan ana jika ana ada salah, belajar yang rajin ya, jangan terlena dengan keadaan, minhahnya dipertahankan. Asshadu alla ilaa haillallah wa asshadu anna muhammadar rosulullah….
Mbaaaaaaaaaaaaaaaaaak……………….Happy……….Happy…..
Suara tangis dan haru biru memenuhi ruangan kamar Happy. Semua menjadi sedih. Kerz tetap menangis.
“ Sudah Kerz, ikhlaskan dia. Liat dia tersenyum, sekarang kita doakan saja dia.” kata seorang teman di sampingku.  Happy disholatkan di masjid Al-Azhar dan di makamkan di Darrosah. Banyak orang yang ikut andil dalam pemakaman.
#                                                    #                                                #

Kerz sudah lepas Lc dia memperoleh predikat mumtaz dan sudah hapal 30 juz. Kini dia menunggu tiket Bz untuk pulang ke Indonesia. Terlintas dia teringat Helwa yang tak pernah dia hubungi. Kerz tersenyum bahwa dia ingin melamar Helwa. Dan akhirnya tiket pun turun, kerz kembali pulang ke Indonesia.
Ibu kerz terkejut saat dia melihat anaknya yang tumbuh semakin dewasa dan bijaksana.
“Ini Manna ya? Kok udah semakin cantik aja yah, adik kakak. Kalau kakak bukan kakakmu pasti udah kakak lamar duluan, heheheh…”
“Ah, kakak ada-ada aja”. jawab Manna dengan tersipu. Suasana rumah begitu ramai dan banyak para tetangga yang berdatangan menyambut kedatanganku. Kutanyakan tentang kabar tentang Helwa pada ibuku, tetapi ibuku tidak menjawab hanya diam dan mengarah ke topik pembicaran yang lain.
Keesokan harinya Kerz pergi ke rumah Helwa, rumah Helwa semakin excellent dan besar. Kerz memencet bel, seketika itu gerbang terbuka dengan sendirinya.
Assalamualaikum”. Sapa Kerz
Waalikumslam”. Helwa terkejut saat melihat kedatangan Kerz. Kerz juga terkejut oleh perut Helwa yang telah  membuncit.
“Kamu sehat? basa-basi Kerz.
“Maafkan aku Kerz, aku disuruh bapakku menikah dengan pilihannya. Dia anaknya dubes. Maafkan aku yang mengingkari janjimu itu. Aku orang terjahat yang melukai hatimu”.
Kerz menghela nafas panjang dan hanya diam membisu. Pandangan Kerz kosong, entah kata-kata apa yang tepat dikeluarkan dari bibir Kerz. Sementara Helwa tetap menangis. Kerz segera pamit dan meninggalkan Helwa dengan senyuman yang memaksa disertai kekecewaan yang mendalam. Teringat Kerz akan kertas dan amplop yang diberikan dari Happy untuk keluarganya di Lombok. Ternyata isi surat tersebut juga ada untuk Kerz.
“ Kerz, maafkan aku sebelumnya, mungkin dengan surat ini, jika aku sudah tiada, tolong kamu bersilaturrahmi ke tempatku di Lombok untuk memberikan amlop ini untuk ibuku. Setidaknya aku mengharapkan kamu untuk dakwah di daerahku, sebab tidak ada anak sekolah di Al-Azhar kecuali aku yang dirikan di daerahku. Dan kini aku sudah tiada. Terima kasih sebelumnya Kerz. Jikalau kamu sibuk, aku tidak bisa memaksa hanya satu yang terpenting tolong berikan surat terakhirku untuk ibu”. Wassalam.

Sebelum Kerz ke Lombok, Kerz mencari pekerjaan dan akhirrnya kini Kerz sudah menjadi imam Masjid Jami’ di Trenggalek dan diterima sebagai pegawai bank Syari’ah. Bekal Kerz sudah cukup segera mungkin dia berangkat ke Lombok. Di dalam bis Kerz hampir di hipnotis oleh orang yang akan merampas barang-barang Kerz. Tiba-tib muncul seorang perempuan berkerudung hitam mengenakan kemeja hitam dan celana putih. Wanita itu menendang dan marah-marah dengan memakai bahasa Lombok. Kerz masih tetap mengamati wanita itu, menurut Kerz tidak asing lagi wajah wanita itu. 
“ Orang baru ya bli? Pantesan kalem banget sih jadi orang? Gak bisa bela diri ya?”
 Kerz masih diam membisu, kata-kata itu mengingatkan pada Happy.
            “ Ngomong dong! Diam aja sih?
            “ Maaf mbak, mbak mirip dengan teman saya yang di Kairo, dari gaya dan bicaranya. Tapi tiga tahun yang lalu sudah meninggal”. Wanita itu terkejut dengan mata yang terbelalak kaget.
            “Apa? Mirip temanmu?
            “ Ya. Namanya Happy Marroh Wahidah”. Wanita itu langsung menangis dan tertunduk dengan lesu, Kerz menjadi bingung. “ itu kakakku bli”.
            “ Maaf mbak, berarti mbak adiknya, maksud saya kesini untuk menemui ibu mbak untuk memberikan titipan ini dari Happy”. Wanita itu langsung mempersilahkan Kerz menuju ke rumahnya. Ibu Happy menyambut dengan senang dan warga lainnya pun merasa senang, ada orang dari Jawa yang mau memberikan tausiah ataupun kegiatan pengajian untuk masyarakat. Kerz tidak berlama-lama menginap di rumah ibu Happy karena Kerz juga ada tugas sebagai pegawai bank Syari’ah. Sementara Kerz masih bolak-balik Trenggalek-Lombok. Menyebabkan Kerz mempunyai rasa terhadap wanita itu adiknya Happy yang bernama Laili anak lulusan UI jurusan Matematika. Akhirnya Kerz melamar Laili dengan jarak waktu yang tidak lama mereka menikah dan hidup bahagia.
            Laili.............malam ini menjadi malam kita…
            Laili ………kaulah malamku saat ini….


3 komentar:

  1. is coba baca novel serius biar menambah wawasan untuk nulis cerpen,,,dari yang islami mpe yang biasa aja,,,coba aja dlu karangan habiburahman, bahasanya lugas dan menarik, bisa di ikuti....semangat terus isss gambate,,,jadi penulis :D

    BalasHapus
  2. ”Orang Boleh Pandai Setinggi Langit, Tapi Selama Tidak Menulis (tidak berkarya), Ia Akan Hilang Dari Masyarakat Dan Sejarah.

    BalasHapus
  3. ok sip lah,,,thanks semangatnya sobat........

    BalasHapus