Senin, 18 Februari 2013

Metro (kereta bawah tanah) el-Demerdesh

Siang ini hawa begitu dingin di asramaku Jamiiyah syar'iyah, kupaksakan diri ini melangkahkan kakiku beranjak dari naunganku menuju SIC (Sekolah Indonesia Cairo). Setiap hari Senin jadwal mengajar anak-anak berkebangsaan Mesir menari Bali. Yah, aku hanya berfrofesi sebagai penari. Padahal sewaktu aku masih kecil, aku tidak diperbolehkan bapak untuk mengikuti les tari di Banjar. Aku hanya mengawang pikiranku saat guruku pernah mengajariku tari Pendet. Sebenarnya aku juga belum terlalu bisa kisi-kisi tari Pendet, namun aku tetap berusah supaya aku bisa mengajari anak-anak berkebangsaan Mesir yang belajar bahasa Indonesia di Puskin (Pusat Kebudayaan Indonesia) yang 1 tempat dengan SIC.
Perjalananku selalu merasa sepi namun pikiranku tak selalu sepi dengan selalu mengingat-Mu Allah. Sebenarnya berjalan sendiri dengan menempuh jarak yang lumayan jauh, meraskan diri ini selalu was-was. Wajar saja was-was, karena diriku seorang perempuan.

5 kali metro (kereta bawah tanah) selalu penuh dan orang-orang selalu berebutan tuk memasukinya.  Aku hanya diam dan menekuni kembali membaca Al-Quran yang selalu menemaniku pergi dimanapun dan kapan pun. Wah itu datang lagi metronya batinku. Aku menyiapkan diri untuk berebutan, namun apalah daya memang aku berparas Asia dan tubuhku terhimpit disela-sela orang yang berebut akan keluar dan masuk. aku tetap ditengah-tengah mereka. Huh, aku gagal lagi untuk masuk. Metro yang ke tujuh datang, Ya Allah mudahkan urusanku batinku. Aku segera mengerahkan tenaga untuk masuk walaupun aku pendek dan badanku kecil, aku pasti bisa masuk. Lihat apa yang terjadi, oh no ternyata ibu-ibu mendorongku untuk masuk ke dalam metro, aku hanya ikut arus ibu-ibu. Hahahaahh, aku tertawa terkekeh-kekeh aku tak menyangka ibu-ibu dibelakangku pun juga ikut tertawa yang pertama kali melihat kepanikanku. Ya Allah kekuatan ibu-ibu itu sungguh luar biasa.
 Kakiku menginjak perempuan Mesir yang tak berhijab, dia langsung mendunggus kesal. kubalikan badanku. " Iam sorry Miss". Dia langsung tersenyum karena aku bukan orang Mesir. Dan dia bertanya, " Inti min Shin? (kamu dari China). Aku menjawab " La'ah. Ana min Andunisy. (bukan. aku dari Indonesia). Setiap orang yang melihatku pasti mengira aku orang China, padahal mataku tidak sesipit orang China.

Sampai di stasiun Assyuhada' yang dulunya sebelum revolusi stasiun itu bernama Mubarok, tapi setelah turunnya presiden Mubarok nama itu dirubah menjadi Assyuhada', aku ganti tujuan untuk menyambung ke arah  tujuanku behous. Handphoneku  berdering nyaring sekali, biasa hp pasaran hohohoh ternyata pak Wahyudi. Ada gerangan apa ini?
" lagi dimana Is? wah, Is ternyata anak-anak Mesir galk datang untuk hari ini dan mereka mengusulkan hari Kamis. Kamu bisa? Maaf baru telpon kemarin lupa ngasih kabar".
Batinku bergejolak, "Yah, pak bisa". Langkahku semakin lelah dan menggrutel di hati. Wah, jangan berfikiran negatif Is semua pasti ada hikmahnya, datang bisikan yang mengahampiriku. Yah, aku bergegas semangat untuk pulang ke asrama. Ops, ternyata aku lupa, hari ini ada undangan tasyakuran Mbak alfi, Nelly dan Mbak Bibeh akan berangkat umroh tanggal 24 Februari 2013. Aku terharu mendengar mereka akan umroh, sebenarnya aku ingin sekali umroh namun aku harus memikirkan biaya hidupku dulu di negeri kinanah  ini.

Lumayan penghasilanku ada tawaran mengajar tari di puskin, itu sungguh rezeki yang tiada terkira. Tapi perjalanan yang sungguh melelahkan, pulang malam hari dan berjalan seorang diri. Akhirnya sampai saat ini aku terbiasa dengan pekerjaan ini, aku yakin Allah selalu melindungi hamba-hamban-Nya.



1 komentar:

  1. Biasanya cerita itu tentang perjalanan spiritual..
    tapi kali ini adalah perjalanan mencari bekal..

    BalasHapus